Sabtu, 12 Agustus 2017

Kembali pada Lintasan Putih

Berbicara persoalan organisasi sudah pasti banyak sekali peta dan gambaran yang bermunculan di kepala setiap orang. Mulai dari sisi negatif maupun sisi positifnya. Organisasi yang ideal adalah organisasi yang selalu mempunyai suatu tata nilai demi mengawal berjalannya roda keorganisasian agar berjalan sesuai garis lintasan yang telah direncanakan. Tata nilai tanpa perwujudan  material laksana pikiran yang terpenjara di dalam kepala, sedangkan aktivitas yang tidak didasari dengan tata nilai laksana kepala tanpa pikiran. Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) merupakan suatu organisasi yang memiliki basis nilai. Nilai2 yang  ditanam dalam organisasi tersebut, secara mendasar di dalamnya adalah nilai yang mengarah kepada keislaman dan ke indonesiaan. berawal dari kesadaran bahwa organisasi ini merupakan bentukan dari sekumpulan pelajar dan santri yang memiliki dua identitas, yakni beridentitas islam dan beridentitas sebagai warga negara Indonesia. Dua aspek tersebut harus selaras, artinya saling menyesuaikan dimana islam itu berdomisili. Karena tentu segala hal yang selaras akan menghasilkan segala hal yang indah dan berdampak baik.

Perubahan menuju keterangan dan kebenderangan dalam sebuah organisasi bagi IPNU merupakan suatu keharusan, dengan semakin meningkatnya keyakinan akan islam sebagai landasan teologis dalam berinteraksi secara vertikal maupun horisontal. Maka tugas IPNU sudah jelas, IPNU menjadikan islam sebagai doktrin yang mengarahkan pada peradaban secara integralistik, trasedental, humanis, inklusif dan universal.

Dengan demikian kader IPNU harus berani menanamkan dan menegakkan nilai2  kebenaran dan keadilan serta prinsip2 kemanusiaan tanpa melihat sendi-sendi ataupun sisi-sisi perbedaan. IPNU harus turut andil dalam pembangunan bangsa Indonesia terutama dalam kesejahteraan dan keadilan yang saat ini tengah kritis di Negeri tercinta ini. IPNU harus bisa mempertahankan tradisi sesuai tema konfercab kita yang akan datang. IPNU harus berani tampil terdepan dalam memberikan kritikan, saran masukan yang tentu saja disertai dengan solusi terhadap permasalahan yang terjadi untuk bangsa indonesia khususnya, dan dalam kancah dunia pada umumnya melalui pemikiran dan gagasannya.

Surakarta, 11 Agustus 2017

*Kutemukan Jiwa Pancasila pada Jiwamu (pramuka)*


Agustus adalah bulan yang selalu semarak.  Pada bulan ini, ada hari istimewa yang telah melahirkan kemerdekaan negeri tercinta sebagaimana yang kita peluk saat ini.  Pada bulan ini pula,  ada satu hari yang peringatannya juga meriah dan semarak.  14 Agustus, mungkin anak pramuka semua tahu  hari istimewa tersebut. begitu pula dengan penulis. Sewaktu dulu saya  selalu tidak mau ketinggalan ikut andil memperingati hati istimewa yang telah mengandung janin jiwa-jiwa pramuka yang cerdas dalam sosial spiritual juga akal. ya!  sebelum tertarik organisasi dulu saya pernah menjadi pengamal dasa darma dan semoga saja  samapi sekarang..

Menurut hemat saya Praja Muda Karana ini telah menjadi wadah yang telah memberikan pendidikan karakter dan krativitas nyata supaya generasi muda mencintai negeri yang telah memangku badan dan jiwanya, serta terus berkarya untuk negrinya untuk mengisi kemerdekaan yang diperjuangkan dengan berdarah" oleh putra bangsa. Juga sebagai bentuk  usaha memperkokoh kemerdekaan.

Manusia Pancasila.. itulah sebutan para aktivis pramuka, yang sebagai mana telah disebutkan dalam bait lagu hymne pramuka. Jika dihayati,  diselami hakikatnya misi pramuka sangat mulia salah satunya mengembangkan kreativitas, memperkokoh daya juang, meneguhkan kecintaan para pemuda kepada bangsa dan negaranya yang menjadikan misi dan tujuanya sama dengan nahdlatul ulama (NU). Saya tidak membandingkan pramuka dengan NU, hanya saja saya menganalogikan dengan yang selama ini telah saya rasakan. Maka kesimpulanya mencintai bangsa dan negara menjadi kewajiban dan tujuan bersama yang tidak boleh padam dan terus berkobar seperti semangat  dalam filosofi api unggun.

Keberhasilan perang dalam menegakkan kemerdekaan bangsa indonesia yang telah dilakukan para santri kyai dan seluruh lapisan masyarakat indonesia harus diteruskan dengan cara mencintai negrinya dan berupaya keras mengisi kemerdekaan dengan kegiatan produktif, mencapai prestasi baik serta merawat identitas bangsa.. berawal dari keberagaman bangsa indonesia yang plural, mari kita satukan dengan makna hati.  Karena setiap perbedaan akan indah dan menjadi kekuatan jika kita rawat dan pagari dengan nurani yang jernih.  Mari kita perkokoh  persatuan kita dengan memaknai dan menjalani sebagai manusia yang memanusiakan manusia sebagaimana subtansi pancasila.  Sehingga ia bukan sekedar simbol ataupun perhiasan yang mengalungi leher kita.  Pancasila harus menjadi jiwa kita.  Menjadi pola pikir kita yang memuat hubungan baik horizontal maupun vertikal.

Tujuan bersama tersebut mempunyai konsekuensi bahwa jika ada pihak2 tertentu yg ingin memecah belah bangsa indonesia dengan cara menebarkan kebencian atas nama2 agama dan sektarianisme secara tegas harus dilawan..  namun, karena bangsa indonesia memiliki keluhuran dalam budi pekerti seperti yang di ajarkan para leluhur, proses melawannya pun tidak harus dengan cara2 merusak atau dengan menyerang balik secara frontal, jika itu terjadi maka sudah tidak selayaknya ia berjiwa pancasila. Namun, perlawanan cukup dengan terus menerus menjaga dan memperkuat kebersamaan dalam keberagaman dengan saling menghormati.. menjaga tradisi dan budaya juga usaha yang tidak kalah penting untuk memperkuat diri dari propoganda kolonialisme modern berkedok agama..

Surakarta, 12 Agustus 2017

Senin, 17 April 2017

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBENTUKAN KOMISARIAT IPNU-IPPNU DI SEKOLAH MENENGAH & PONDOK PESANTREN

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBENTUKAN KOMISARIAT IPNU-IPPNU DI SEKOLAH MENENGAH & PONDOK PESANTREN.

I.       SOSIALISASI
Untuk menyampaikan dan memperkenanlkan IPNU-IPPNU secara organisatoris di lembaga pendidikan (Sekolah menengah, Pesantren), maka perlu dilakukan dengan berbagai pendekatan dan cara-cara taktis, praktis, strategis dan mengena.
Upaya ikhtiar itu antara lain :
1.      Pendekatan kepada institusi (Sekolah menengah, dan pesantren).
a.      Sowan kepada Kepala sekolah, Pembina OSIS, kyai atau Gus pengasuh pesantren.
b.      Membawa dan melampirkan program unggulan IPNU-IPPNU masing-masing daerah.
c.       Mengajak para tokoh dalam mengambil kebijakan sebagai upaya mendekatkan dan mensosialisasikan IPNU-IPPNU kepada lembaga pendidikan tersebut.
2.      Pendekatan kepada siswa dan santri.
a.      Personel PAC/PC turun melakukan silaturrahim kepada siswa, dan santri sebagai pendahuluan sosialisasi.
b.      Personel PAC/PC turun melakukan pendekatan kepada siswa, dan santri yang berpengaruh dan dijadikansbg pioneer dalam komunitasnya.
c.       Melakukan pendekatan pertemanan/keakraban/kelompok siswa, santri yang sedang menempuh pendidikan di lembaga tersebut.
d.     Menggunakan pendekatan secara intensif yang arif dan elegance, sehingga dapat membuat ketertarikan sendiri untuk bergabung dengan IPNU-IPPNU sebagai wadah pengembangan diri.
3.      Pendekatan program strategis
a.      Personel PAC/PC menciptakan kegiatan yang kreatif dan strategis untuk menyajikan program yang menarik dan diminati siswa dan santri.
b.      Pengembangan wawasan intelektual keilmuan dengan membuat study club sebagai kajian berkala.
c.       Menyajikan nuansa kegiatan yang kompetitif dan prestisius, seperti liga SMU, PORSENI, Debat Kontes dan lain sebagainya.
d.     Melakukan aktivitas yang kreatif dan penyegaran diri seperti : festival qosidah, pergelaran seni budaya, lomba KIR, lomba cipta dan baca puisi dan lain sebagainya.
e.      Mengadakan kemasan kegiatan yang bernuansa penguatan jiwa keagamaan dan moralitas, misalnya persatuan terpadu remaja, tadabbur alam, safari rohani, dan lain-lain.

4.      Pendekatan Program, Orientasi dan Kaderisasi
a.      Orientasi siswa di sekolah oleh PAC/PC IPNU-IPPNU.
b.      Latihan Kepemimpinan Santri (LKS) di pesantren oleh PAC/PC. IPNU-IPPNU.
c.       Latihan Kepemimpinan Mahasiswa (LKM) di Perguruan Tinggi oleh PW IPNU-IPPNU.
d.     Masa Kesetiaan Anggota (Makesta) : PAC, atau PC IPNU-IPPNU.
II.    LANDASAN PEMBENTUKAN KOMISARIAT
Mendirikan komisariat IPNU-IPPNU, berarti menumbuh kembangkan NU. Karenanya, jangan sampai terjadi setelah komisariat berdiri, tidak ada kegiatan apapun. Dengan kata lain, perlu dibuktikan dengan kegiatan yang riil dari prngurus komisariat itu. Untuk menjadi organisasi yang kuat dan kokoh diperlukan landasan organisasi sebagai pijakan hukumnya.
Pendirian IPNU-IPPNU di komisariat-komisariat bukan hanya tanggung jawab PK saja, tetapi juga PC, PW dan PP (baca : Pasal 10 Bab VII PD IPNU). Bahkan lebih luas lagi adalah tanggung jawab Nu (baca : PBNU) sebagai induk organisasi IPNU.
Peraturan Rumah Tangga (PRT) IPNU Bab III tentang struktur dan pasal 13 Bab IV tentang perangkat organisasi, Pimpinan Komisariat adalah :
1.       Pimpinan Komisariat berkedudukan di lembaga pendidikan yang merupakan pimpinan tertinggi IPNU di tingkat lembaga pendidikan, dan pondok pesantren.
2.       Pimpinan Komisariat memimpin dan mengkoordinir anggota di daerah kewenangannya, serta melaksanakan kebijakan Pimpinan Anak Cabang dan Pimpinan Cabang untuk daerahnya.
3.       Dalam satu lembaga pendidikan, pesantren dan masjid yang telah mempunyai sedikitnya 10 (sepuluh) anggota dapat didirikan Pimpinan Komisariat, untuk selanjutnya tidak diperbolehkan mendirikan Pimpinan Komisariat yang lain.
4.       Pimpinan Komisariat bertanggung jawab kepada rapat anggota.
Kemudian untuk Pelindung dan Dewan Pembina di atur dalam Bab V pasal 16 :
1.       Pelindung adalah Pengurus Nahdlatul Ulama sesuai dengan tingkat kepengurusannya. Khusus untuk kepengurusan Komisariat, pelindung dapat merupakan pimpinan lembaga pendidikan, pesantren dan pengurus masjid.
2.       Fungsi Pelindung :
a.       Memberikan perlindungan dan pengayoman kepada organisasi sesuai dengan tingkatannya masing-masing.
b.       Memberikan dorongan, saran-saran dan bantuan moril maupun materiil.
Sedangkan Dewan Pembina diatur dalam pasal berikutnya, pasal 17 :
Dewan Pembina IPNU-IPPNU di semua tingkat kepengurusan terdiri atas :
a.      Alumni Pengurus IPNU-IPPNU sesuai dengan tingkatannya masing-masing.
b.      Orang-orang yang mempunyai hubungan moril dan berjasa terhadap pembinaan generasi muda Nahdlatul Ulama'.
2.      Struktur Dewan Pembina terdiri dari seorang ketua dan beberapa anggota.
3.      Fungsi Dewan Pembina :
a.      Memberikan pembinaan secara berkesinambungan dan memberikan nasehat baik diminta ataupun tidak diminta.
b.      Memberikan dorongan moril maupun materiil kepada organisasi.
Adapun kepengurusan diatur Pimpinan Komisariat diatur dalam PRT pasal 19.
III. MENDIRIKAN / MEMBENTUK KOMISARIAT IPNU-IPPNU.
1.      Jumlah anggota sedikitnya 10 orang.
2.      Memilih Pimpinan Komisariat (PK) untuk masa khidmad satu tahun  (baca : satu periode)
a.      Syarat-syarat menjadi PK :
b.      Ketua dipilih langsung oleh Rapat Anggota Tahunan (RAT).
c.       Teknik pemilihan ditentukan melalui sidang rapat anggota tahunan
d.     Para pengurus lengkap dipilih oleh tim formatur.
e.      Tim formatur terdiri atas :
·      Ketua terpilih (mandataris)
·      Perwakilan peserta
·      Pengurus PC. IPNU-IPPNU atau PW IPNU-IPPNU bagi perguruan tinggi
3.      PK disahkan oleh Pimpinan Cabang dengan rekomendasi pimpinan lembaga pendidikan/pondok pesantren dan pengurus masjid.
IV. STRUKTUR DAN BAGAN
1.      Pelindung : Pimpinan lembaga pendidikan/pondok pesantren.
2.      Dewan Pembina : Senior dan alumni
3.      PK : ketua, wakil ketua, sekretaris, wakil sekretaris, bendahara, wakil bendahara dan beberapa departemen dan lembaga-lembaga sesuai dengan kebutuhan.
Contoh :



Juklak_02
PASCA PEMBENTUKAN
"Langkah-Langkah Kerja dan Program Strategis"
Untuk merangsang kegiatan pasca pembentukan IPNU-IPPNU komisariat, dipandang perlu untuk memberikan pancingan alternative kegiatan. Bagaimana langkah-langkah praksis dan strategis yang mesti dilakukan pasca pembentukan PK, baik langkah kerja maupun program kerja.
A.    Langkah-langkah Kerja Strategis (LKS); Pemberdayaan Pengurus.
Maksud LKS adalah untuk memudahkan pijakan kegiatan yang terencana, sehingga tidak terjadi kemandekan (stagnasi) setelah dibentuknya IPNU-IPPNU komisariat.
Berikut ini adalah beberapa pedoman singkat, sebagai gambaran umum kegiatan yang dilakukan pasca pembentukan IPNU-IPPNU komisariat :
1.      Memberikan kurikulum standart program kerja untuk komisariat
Untuk bekal perjalanan organisasi setelah komisariat IPNU-IPPNU terbentuk, perlu adanya pedoman standart program kerja untuk komisariat yang semua programnya disejajarkan dengan Pimpinan Ranting. Kurikulum ini hanya acuan secara umum bukan keharusan yang harus dilakukan untuk komisariat karena program kerja masih harus melalui Rapat Kerja.
2.      Pelantikan dan Rapat Kerja (Raker) Pengurus.
Pelaksanaan kegiatan awal dari pengurus komisariat secara resmi dan formal adalah pelantikan, kemudian dilanjutkan –untuk efisiensi- dengan rapat kerja (Raker) pengurus. Raker tersebut dimaksudkan untuk membuat program kerja setelah mengacu pada kurikulum standart program kerja, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dan perlu dicermati, pelaksanaan kegiatan ini tidak boleh terlalu lama, setidaknya tiga minggu pasca pembentukan komisariat secara lengkap. Alangkah baiknya jika acara ini dihadiri oleh semua kader, anggota senior dan alumni baik IPNU-IPPNU ataupun NU. Hal ini dimaksudkan untuk menumbuhkan ghiroh (motivasi) perjuangan di masa mendatang.
3.      Up Grading; Konsolidasi Kepemimpinan dan Organisasi
Setelah pelantikan, perlu adanya follow up untuk mempersatukan cara pandang dan gagasan demi masa depan IPNU-IPPNU. Kegiatan ini biasa dilakukan untuk mengenal lebih jauh personality masing-masing pengurus. Sebenarnya untuk lebih efektivitas dan efisiensinya, acara ini bisa dikemas dalam satu rangkaian pelantikan dan raker. Materi yang disampaikan biasanya terkait dengan konsolidasi pengurus, seperti kepemimpinan (leadership), manajemen, atau materi-materi yang erat kaitannya dengan teknik-teknik berorganisasi.
4.      Membentuk Corp Brigade Pembangunan (CBP) dan Korp Kepanduan Putri (KKP); Kepanduan Kepalangmerahan dan Kepecintaalaman.
Corp Brigade Pembangunan (CBP) dan Korp Kepanduan Putri (KKP) merupakan wadah bagi kader-kader IPNU-IPPNU yang ingin mendalami secara khusus dalam bidang kepanduan. Lembaga ini terkonsentrasi pada tiga bidang, yakni kepanduan, kepalangmerahan dan kepecintaalaman.
Kenapa perlu dibentik CBP dan KKP di komisariat. Logikanya sederhana, OSIS-nya IPNU-IPPNU, maka pramukanya adalah CBP dan KKP. Jika hal ini, nampaknya sulit untuk dilakukan, organisasi intra tetap OSIS, tetapi CBP juga bisa didirikan tanpa merubah Pramuka. Diharapkan, kader IPNU-IPPNU ke depan dapat lebih profesional dalam menggerakan roda organisasinya. Hal ini tentunya harus diselaraskan dengan potensi dan kebutuhan kadernya.
5.      Kegiatan-kegiatan Tentative Monumental
Untuk menumbuhkembangkan IPNU-IPPNU di komisariat, seiring dengan kegiatan-kegiatan tersebut, perlu juga untuk membuat program yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing komisariat. Inilah yang dimaksud dengan kegiatan tentative-monumental. Salah satu contoh dari bentuk kegiatan ini adalah pelaksanaan harlah IPNU-IPPNU yang dirangkai dengan kegiatan peringatan hari besar islam (PHBI). Yang monumental misalnya, Bulan Romadlon digunakan se efektif mungkin sebagai media untuk mempererat hubungan pertemanan, dengan melakukan kegiatan bersama, seperti Tarling (Sholat Tarawih Kelilling), tadarus yang kemudian dilanjutkan dengan konsolidasi non formal. Termasuk dalam bentuk kegiatan ini adalah halal bihalal setiap hari raya idul fitri.
6.      Panitiaan dan Diskusi Temporer
Kegiatan panitiaan dan diskusi temporer dapat pula dimasukkan dalam agenda kegiatan tentative-monumental. Selain dengan panitiaan berjenjang (Makesta dan Lakmud, dll), juga dapat dilakukan berbagai panitiaan lain, seperti panitiaan pers dan jurnalistik, leadership dan lain sebagianya.
Adapun diskusi temporer merupakan kegiatan diskusi untuk melihat perkembangan dan persoalan sosial yang terjadi di masyarakat, bangsa, NU atau IPNU-IPPNU itu sendiri. Kemasan kegiatan ini biasanya dilakukan dalam bentuk curah pendapat (brain storming), urun rembug atau bahkan pernyataan sikap dan pendapatatas fenomena yang terjadi.
Hal ini penting, untuk menumbuhkembangkan wawasan dan intelektualitas kader. Dalam diskusi, beragam bentuk kegiatan dapat dilakukan. Seperti seminar, workshop, loka karya, halaqoh, bedah buku, dan lain sebagainya. Bergantung pada kebutuhan.
B.     Program Kerja Strategis; Pengkaderan IPNU-IPPNU
Sesuai dengan hasil Konferensi Besar IPNU tahun 2002, secara formal dan berjenjang, pengkaderan IPNU-IPPNU dibagi dalam tiga tingkatan; MAKESTA (Masa Kesetiaan Anggota), LAKMUD (Latihan Kader Muda) dan LAKUT (Latihan Kader Utama).
Makesta adalah suatu sarana untuk menghantarkan calon anggota IPNU-IPPNU dari kehidupan individual menjadi hidup berorganisasi (sosial). Sekaligus sebagai sarana orientasi dan sosialisasi terhadap kehidupan organisasi IPNU-IPPNU.
Tujuan umum Makesta adalah menghantarkan calon anggota IPNU-IPPNU kearah perubahan jiwa, sikap, mental dan menumbuhkan kesadaran akan signifikansi suatu organisasi dalam kehidupan masyarakat. Dan secara resmi menjadi organisasi.
Secara khusus tujuan Makesta adalah pertama, menggugah mind dan menunjukkan sikap maupun mentalnya untuk dapat berorganisasi. Kedua, menumbuhkan rasa kecintaan dan memiliki (self of belonging), menyadari akan pentingnya organisasi di IPNU-IPPNU. Ketiga, mengaktualisasikan dirinya sebagai anggota masyarakat yang baik sebagai bentuk pengejawantahan tugasnya sebagai organisasi yang dicintai. Keempat, mengetahui pengetahuan dasar ke organisasi-IPNU-IPPNU-an dan PD PRT nya.
Dalam panitiaan jenjang pertama ini, diharapkan sampai pada target agar mampu membentuk anggota kader yang menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya, mempunyai kesadaran tinggi, dan motivasi untuk mengikuti jenjang pengkaderan berikutnya.
Secara teknis, syarat peserta adalah pelajar atau santri yang berusia antara 13-20 tahun. Panitiaan akan lebih efektif jika diikuti tidak lebih dari 40 orang peserta. Waktu pelaksanaan sehari atau standarnya dua hari. Ada beberapa materi dasar yang disampaikan dalam panitiaan ini, antara lain adalah Aswaja, ke NU an dan ke IPNU-IPPNU an dan beberapa materi pendukung.
Selain makesta banyak kegiatan serupa sebagai penunjang untuk meningkatkan kualitas SDM kader yang lebih profesional. Diantaranya adalah panitiaan pers dan jurnalistik (investigated reporting), leadership, dan lain sebagainya.
Jenjang pengkaderan (formal) kedua adalah LAKMUD. Jenjang panitiaan kedua ini dilaksanakan untuk lebih memantapkan jati diri kader, baik untuk kalangan internal maupun eksternal IPNU-IPPNU.
Jenjang pengkaderan selanjutnya adalah LAKUT. Kegiatan ini merupakan jenjang pengkaderan (formal) di IPNU-IPPNU. Kegiatan ini dikemas layaknya panitiaan-panitiaan pada umumnya, tetapi ada yang cukup spesial, yakni sebagai sarana evaluasi dan kritik konstruktif bagi perjuangan IPNU-IPPNU ke depan. Termasuk dalam panitiaan ini reformulasi (pembentukan kembali) jati diri IPNU-IPPNU, baik visi, misi maupun targetnya. Yang terpenting dalam LAKUT adalah membentuk jaringan informasi antar kader yang berkualitas, visioner dan inovatif.

Juklak_03
KONSEPSI IPNU-IPPNU SEBAGAI PENGGANTI OSIS
(Menjadikan IPNU-IPPNU Sebagai Organisasi Intra Sekolah)

Fungsi
Bentuk Kegiatan
Pelaksana
Pembina
Wadah aktualisasi Kader (Siswa dan santri)

Pelayanan Kesiswaan;
PHBI, Seminar, Bedah Buku, Diskusi Panel, Upacara, Class Meeting.

Pengembangan Minat Bakat;
Kesenian, Pagar Nusa, Karya Ilmiah Remaja, Majalah Sekolah, dll.

Sosial Kemasyarakatan;
Donor darah, Bhakti Sosial, Kuliah Kerja Lapangan, CBP, KKP
IPNU-IPPNU
Pembina IPNU-IPPNU
(Wa Ka Kesiswaan)

IPNU-IPPNU

IPNU-IPPNU

Penguatan Kapasitas Kader

MOSIBA;
Berisi materi pengenalan sekolah, dan ke IPNU-IPPNU an.

MAKESTA;
Satu-satunya pintu masuk menjadi anggota IPNU-IPPNU.

LAKMUD;
Prosesi pengkaderan sebagai kelanjutan makesta

Panitiaan Penunjang;
Leadership, Administrasi, Pers dan Jurnalistik, dll.
IPNU-IPPNU
Pembina IPNU-IPPNU
(Wa Ka Kesiswaan)

IPNU-IPPNU
PAC

IPNU-IPPNU
PC

IPNU-IPPNU
Pembina IPNU-IPPNU
(Wa Ka Kesiswaan)


Konsolidasi Kelembagaan Struktural

Rapat Anggota;
Setahun sekali untuk regenerasi

Mengikuti Konferancab/Cab;
(Berisikan hak dan kewajiban dari masing-masing PK)

Model Pembinaan PK;
Mengatur hak dan kewajiban pembina serta kaitannya dengan struktur PAC dan PC.

Kartu Anggota;
Sebagai prasyarat pengaturan organisasi dari tingkat PC sampai dengan PK.

Kegiatan Partisipatif;
Sebagai konsekuensi berdirinya PK; PAC, PC, PW dan PP.
IPNU-IPPNU
PK

IPNU-IPPNU
PC dan PAC

IPNU-IPPNU
Pembina IPNU-IPPNU
(Wa Ka Kesiswaan)

IPNU-IPPNU
PC

IPNU-IPPNU
PAC, PC, PW, PP

Keterangan :
PK       :       Pimpinan Komisariat (istilah untuk menyebut kepengurusan IPNU-IPPNU di tingkat sekolah/pesantren)
PAC    :       Pimpinan Anak Cabang (istilah untuk menyebut kepengurusan IPNU-IPPNU di tingkat kecamatan)
PC       :       Pimpinan Cabang (istilah untuk menyebut kepengurusan IPNU-IPPNU di tingkat kabupaten)
PW      :       Pimpinan Wilayah (istilah untuk menyebut kepengurusan IPNU-IPPNU di tingkat provinsi)
PP       :       Pimpinan Pusat (istilah untuk menyebut kepengurusan IPNU-IPPNU di tingkat pusat)


Senin, 27 Maret 2017

Curhat si bodoh

Tulisan ini saya buat karna kekecewaan pada diri saya sendiri yang selalu bodoh dalam pemikiran.. perkenalkan nama saya arif budiman pejuang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama kabupaten wonogiri “kata orang”. Saya melihat bulan purnama yang ditutupi oleh awan hitam, seperti halnya potensi yang terlihat di kabupaten wonogiri ini. Banyak lahan sebenarnya untuk pengkaderan di kabupaten wonogiri. Penduduk yang mayoritas islam ahlul sunah wal jama’ah dengan puluan pondok pesanten dan puluan juga sekolah atau madrasah yang di bagi menjadi 25 Kecamatan seharusnya kesempatan besar juga bagi perkembangan IPNU di kabupaten wonogiri.
Akan tetapi entah kenapa sampai saat ini pengkaderan sangatlah sulit dilakukan. Aku terus berfikir ini salah siapa??? Ini tugas siapa???
Jika ini adalah sebagian dosaku yang tek pernah amanah dan tanggung jawab dalam menjalankan tugasku ampuni aku dari siksa-Mu.
Sampai saat ini terasa semakin tidak ada arah untuk melangkah.. dimana temanku dan dimana sahabatku aku butuh kamu..

Sabtu, 18 Maret 2017

IPNU 10 tahun kedepan

potret bangsa Indonesia dalam kurun waktu lima, sepuluh bahkan dua puluh lima tahun mendatang sangat ditentukan dari kiprah para Santri atau Pelajar saat ini. maka Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) sebagai tempat berhimpunnya Pelajar dan Santri memiliki tanggung jawab besar dalam menentukan masa depan bangsa.
Saat dibangku Sekolah / Pondok Pesantren , kita selalu diingatkan bahwa “ pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan”, Baginya, hal tersebut sangat relevan saat membicarakan kiprah IPNU yang saat ini memasuki usia yang ke-63 tahun serta tanggal 22 Oktober di tetapkanya sebagai Hari Santri Nasional . Tantangan perkumpulan kalangan terpelajar dan Santri ini semakin berat seiring dengan kian banyaknya problematika remaja pelajar dan Santri , di sekitar kita , yang memang sudah di desain oleh Seglintir oknum untuk kepentingannya.
Oleh karena itu tidak ada pilihan bagi IPNU kecuali terus belajar dan mengurai persoalan tersebut demi eksistensinya di masyarakat, serta sumbangsihnya bagi agama, bangsa dan negera. Baginya keberadaan IPNU sebagai tempat berhimpunya Kalangan para Santri dan pelajar ini harus menjadi generasi bagi ketersediaan penerus perjuangan Nahdlatul Ulama,Bangsa dan negara di masa mendatang , dan itu suatu keharusan.
Inilah tugas berat yang diemban IPNU saat ini. Bahkan untuk jangkauan yang lebih luas, keberadaannya harus bisa menjamin bagi ketersediaan para tenaga profesional dengan dilandasi pemahaman keagamaan yang diwariskan para pendiri organisasi ini yakni ahlussunah waljama'ah.(repost: ipnu.or.id)

Jumat, 17 Maret 2017

Sejatinya IPNU

Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama’ (IPPNU) adalah organ kaderisasi NU yang keberadaannya disiapkan untuk menjadi wadah dan aktualisasi pelajar – pelajar NU. Oleh karena itu segenap gerak langkah dan “ideologi” nya berada dalam bingkai Ahl-Sunnah Wa Al-Jama’ah, atau yang kerap disebut dengan “ASWAJA”.
.
Sementara itu perubahan kembali menjadi ‘’Pelajar” pada kongres Surabaya XIV tahun 2003 dan di mantapkan pada kongres di Jakarta tahun 2006 memeiliki latar belakang futuristik, banyak kalangan terutama ditingkat Ranting atau Pimpinan Anak Cabang (PAC) keliru dalam menafsirkan arti kata pelajar.
Banyak kalangan umum menafsirkan kata pelajar adalah orang yang duduk dibangku sekolah atau yang mencari ilmu didunia formal saja..
.
Dampak perubahan dari putra ke pelajar sangat signifikan, ketika menengok ke masyarakat umum atau di tingkat Pimpinan Anak Cabang (kecamatan). Di era sekarang sangat kentara IPNU identik dengan anak pelajar, betapa tidak kepengurusan ipnu seolah – olah dikuasai atau dimonopoli oleh pelajar yang menuntut pendidikan didunia formal yang terbelenggu pada sekolah tingkatan SMP dan SMU padahal kata pelajar bisa sampai tingkat perguruan tinggi.
Akibat salah persepsi inilah IPNU sulit untuk melebarkan sayapnya dan hanya berkembang di dunia pendidikan dibawah naungan lembaga Ma’arif NU. IPNU bagaikan harimau yang kehilangan taringnya,, begitu banyak kegiatan tapi terlihat
masih masif di kalangan masyarakat umum.
Mari kita buka hati dan mata secara mendalam khususnya warga NU. Karena disinilah anak – anak bangsa diselamatkan dari arus globalisasi dan modernisasi yang merusak karakter kepribadian. Semoga sekelumit tulisan diatas menyadarkan hati bahwa IPNU adalah milik bersama, karena IPNU didirikan untuk kemaslahatan semua umat terutama kader – kader bangsa. Disinilah peran kita (masyarakat nahdliyin) yang sesungguhnya tuk meluruskan persepsi yang salah pada IPNU dimasa ini.
mari kita bersama membanngun IPNU bersama bergotongroyong lakukan kaderisasi bangun komisariat baik ditingkatan sekolah dan pesantren bahkan perguruan tinggi, hingga kita bisa buktikan kepada mereka bahwa IPNU bukanlah Organisasi kecil yang ada disekolah tapi IPNU organisasi besar yang siap berkomiten mengadakan pengkaderan ditingkat pesantren dan perguruan tinggi. (repost: ipnu.or.id)

Selasa, 21 Februari 2017

Ketika Hati Menangis

KETIKA HATI MENANGIS

Tuhanku..
Ketika hati menangis, hanya Kau saja yang tahu.

Tuhanku..
Ketika mereka meninggalkan aku sendiri..
Ketika dunia tiada simpati..
Kau tetap mendengar rintihanku.

Pada-Mu tempatku menagih kasih..
Ketenangan kurasa mendekati-Mu..
Syahdu malam tak terasa sunyi.

Tuhanku..
Ketika aku dalam kepayahan, dalam kesendirian dihimpit cobaan..
Kau beri aku kesabaran, pengalaman mengajar arti kematangan.

Lantas Kau membuka pintu hatiku, untuk memberi kemaafan..
Pada mereka yang pernah melupakanku.

Tuhanku..
Ketika aku buntu..
Kau berikan aku kekuatan, kau tunjukkan aku jalan..
Kau tak biarkan aku sendirian.

Tuhanku..
Yang Maha Pengasih, Rahmatmu tak terkira..
Syukurku melangit pun tak tercapai..
Sungguh aku merasa berdosa karena dulu sering lalai..
Semoga penyesalanku Kau terima.
Aamiin Yaa Rabbal'aalamiin.

#goresanpena